Baitul Arqom adalah kawah candradimuka perkaderan Muhammadiyah. Sejak awal, kegiatan ini dirancang bukan sekadar forum pelatihan, melainkan ruang pembentukan ideologi, visi, dan mental kader. Muhammadiyah memahami betul, tanpa kader yang militan, berilmu, dan berakhlak, persyarikatan akan kehilangan ruh perjuangannya.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah dan tajdid yang telah berusia lebih dari seabad. Dalam rentang panjang itu, yang membuat Muhammadiyah tetap tegak adalah keberadaan kader. Mereka menjadi ujung tombak yang menggerakkan amal usaha, menghidupkan masjid, mengelola pendidikan, hingga melayani masyarakat melalui rumah sakit dan lembaga sosial.
Allah SWT mengingatkan pentingnya lahir generasi penerus yang menjaga nilai agama dan peradaban.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa: 9).
Ayat ini menegaskan, jangan sampai umat Islam meninggalkan generasi lemah, baik secara iman, ilmu, maupun mental. Di sinilah peran perkaderan menjadi sangat vital.
Baitul Arqom bukan forum biasa. Di dalamnya, kader Muhammadiyah diajak memahami kembali ideologi, paham agama, hingga strategi dakwah. Pemahaman ideologi ini menjadi benteng agar kader tidak mudah goyah oleh paham ekstrem, radikal, atau liberal yang menyimpang dari manhaj Muhammadiyah.
Seperti dikatakan KH. Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Pesan ini mengingatkan bahwa kaderisasi bukan jalan mencari keuntungan pribadi, melainkan sarana berkhidmat untuk umat.
Era digital menghadirkan tantangan baru. Anak muda Muhammadiyah harus siap berdakwah bukan hanya di mimbar masjid, tetapi juga di ruang virtual. Dakwah bil hal—melalui karya nyata di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial—menjadi ciri khas Muhammadiyah. Namun, tanpa kader yang cakap, dakwah ini bisa terhenti di tengah jalan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad).
Hadis ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah yang menekankan amal nyata. Baitul Arqom melatih kader agar siap menjadi pribadi yang memberi manfaat, bukan hanya pandai berteori.
Muhammadiyah tidak boleh kehilangan estafet perjuangan. Kader hari ini adalah pemimpin masa depan. Karena itu, Baitul Arqom harus dipandang sebagai agenda strategis, bukan sekadar kegiatan tahunan. Dari sinilah akan lahir pemimpin yang tidak hanya paham agama, tetapi juga memiliki kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan sensitivitas sosial.
Perkaderan adalah ruh Muhammadiyah. Melalui Baitul Arqom, Muhammadiyah menyiapkan generasi penerus yang kokoh dalam iman, luas dalam ilmu, dan tulus dalam pengabdian. Semoga setiap kader yang mengikuti Baitul Arqom mampu membawa semangat baru: menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang benar-benar rahmatan lil ‘alamin.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar